Sunday, November 4, 2012

"Si Bapak" PlayStation Dunia



Ken Kutaragi mendadak bersinar setelah sukses meluncurkan PlayStation di seluruh dunia. Di saat yang berbarengan, video game dari Sony Corporate mengalami kemerosotan dalam profit perusahaannya.

Sehingga bisa dikatakan momen kelahiran PlayStation itu, menjadi angin segar disaat perusahaan game terbesar seperti Sony itu mengalami keterpurukan. Nah, sukses PlayStation yang menguasai pasar dunia itulah yang membawa Ken Kutaragi kerap dijuluki “Si Bapak PlayStation”.

Terlebih setelah sukses itu, tidak berselang lama, Ken melahirkan PlayStation generasi berikutnya. Ada PlayStation 2, dan PlayStation 3, yang hingga kini masih digandrungi para gamers seluruh dunia.

 Selain di Sony, Ken yang kelahiran 8 Agustus 1950 itu, juga pernah merancang prosesor suara untuk Super Nintendo. Namun, dengan debutnya di Sony, dia berhasil mendesain chip Very-large-scale integration (VLSI) yang bekerja dengan CPU PS1 untuk menangai proses rendering 3D.

Kini, dia menjadi sosok yang diperhatikan oleh para analis finansial, lantaran kepiawaiannya, dalam menciptakan produk game teranyar, PlayStation. Terlebih game besutannya itu berhasil mendongkrak keuangan perusahaan (untung besar) yang berkantor pusat di Jepang tersebut.

"Bapak PlayStation" ini juga pernah menjabat sebagai President dan CEO Cyber AI Entertainment Inc, serta pernah memimpin perusahaan seperti Kadokawa Group Holdings Inc, Nokima Corporation serta Rakuten Inc.


Dijuluki "A++ Sejati"
Seperti diketahui, Ken kecil adalah anak dari keluarga yang sederhana. Sejak masih kanak-kanak, kedua orangtuanya sudah menempa Ken agar bisa mengembangkan sesuatu yang bernilai kreativitas dalam bentuk apapun, termasuk berbisnis.

Hal itulah yang ditunjukkan Ken, saat keluarganya memiliki pabrik percetakan kecil di kota tempat dia dibesarkan. Kutaragi yang masih berusia muda, waktu itu didorong kedua orangtuanya untuk mengeksplorasi kemampuan mekanis di pabrik dan sepulangnya dari sekolah, ia pun bekerja di pabrik tersebut.

Selain tugasnya di pabrik milik orangtuanya, Kutaragi pun menjadi juara di kelasnya. Ia dikenal teman-teman dan gurunya sebagai siswa yang rajin. Bahkan, Kutaragi digambarkan sebagai seorang anak yang pintar, dengan julukan "A++ sejati".

Motivasi tinggi menyertai Ken Kutaragi, dia memiliki keinginan kuat untuk mengetahui seluk-beluk mesin. Ketika ia berusia muda, dia juga sering membongkar mainan, hanya untuk memuaskan dahaga rasa keingintahuannya dengan mengamati bagaimana mekanismenya, sehingga mainan itu dapat bekerja.

Rasa keingintahuan Kutaragi terhadap mesin maupun mainan sudah terlihat sejak kecil. Ia pun senang bergelut dan mempelajari seluk-beluk elektronik. Kecintaannya terhadap bidang elektronik, membuatnya terus mengembangkan diri dengan menuntut ilmu di Denki Tsushin University dan ia pun memperoleh gelar Electronics.

Tak berselang lama setelah kelulusannya, Kutaragi mulai bekerja untuk Sony di laboratorium penelitian digital. Kutaragi merasa bekerja di laboratorium tersebut adalah sebuah keputusan yang tepat, ia pun berpikir bahwa bekerja di Sony merupakan sesuatu yang sebutnya sebagai "Jalur Cepat". Kutaragi pun segera mendapatkan reputasi sebagai problem solver (pemecah masalah) di tempat kerjanya.

Kutaragi merupakan insinyur yang terus berpikir ke depan. Ia juga sukses menelurkan berbagai karya atau projeknya, seperti mengembangkan teknologi liquid crystal displays (LCD) dan kamera digital.


Peran Ken di Industri Game
Akhir tahun 1980-an, Ken Kutaragi menyaksikan saudara perempuannya memainkan Famicom, yakni konsol game "jadul" keluaran Nintendo. Sejak saat itu, Kutaragi kepincut untuk bisa merealisasikan bahwa suatu hari ia pun dapat mengembangkan konsol game buatannya.

Pada suatu waktu, Eksekutif Sony memiliki ketertarikan dalam video game. Di sisi lain, ketika Nintendo menyatakan perlunya chip suara wave-table untuk sistem 16-bit miliknya, Kutaragi diminta langsung untuk menangani projek tersebut.

Bekerja secara rahasia, Kutaragi mendesain dan membangun chip, SPC700. Ketika mengetahui apa yang dikerjakan Ken Kutaragi, Direksi Eksekutif Sony ketika itu sangat marah. Hanya Norio Ohga, yang menjabat sebagai CEO Sony pada kala itu, yang membantu Ken Kutaragi mendorong projek tersebut dan terus mempertahankan pekerjaannya.

Saat Ken Kutaragi bekerja dengan Nintendo, di pihak Sony, game masih dianggap sebagai tren dan sesuatu yang dipandang rendah. Meskipun ketika itu, Sony tampak memusuhi video game, namun Kutaragi berhasil membujuk Sony untuk mendanai penelitian tentang Super Famicom CD. Upaya ini pada akhirnya menjadi cikal-bakal dan kemudian menghasilkan sebuah perangkat yang disebut "PlayStation".

Konsol game tersebut, kompatibel dengan game Super Famicom dan software yang dirilis dalam format baru, bernama Super CD. Akan tetapi, kemitraan antara Sony dan Nintendo mengalami gangguan, lantaran perbedaan pendapat perizinan. Meskipun demikian, Kutaragi dan Sony terus mengembangkan konsol mereka sendiri.

Walaupun dianggap sebagai pertaruhan berisiko oleh eksekutif Sony lainnya, Ken Kutaragi sekali lagi mendapat dukungan penuh dari Sony CEO Norio Ohga. Beberapa tahun kemudian, perusahaan telah meluncurkan original PlayStation.

No comments:

Post a Comment